MANADO – Wali Kota Tomohon, Caroll Senduk, SH mengikuti pembukaan The Third Exchange South-South Triangular Cooperation on Geothermal (SSTC GEO Kenya–Indonesia–Germany), di Four Points by Sheraton Manado, Senin (10/11/2025).

Kegiatan internasional ini merupakan kerja sama segitiga antara Kenya, Indonesia, dan Jerman, yang berfokus pada pengembangan energi panas bumi secara berkelanjutan dan inklusif, dengan Kota Tomohon dan Manado sebagai tuan rumah pelaksanaan tahun ini.

Dalam sambutannya, Caroll Senduk menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Kota Tomohon untuk menjadi tuan rumah bersama kegiatan pertukaran pengetahuan internasional tersebut.

“Atas nama pemerintah dan masyarakat Kota Tomohon, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesempatan menjadi bagian dari program penting ini, yang berfokus pada pengembangan panas bumi berkelanjutan dan inklusif,” ujar Senduk.

Caroll pun memaparkan potensi besar energi panas bumi di Kota Tomohon yang menjadi pusat wilayah kerja panas bumi Lahendong, dengan kapasitas produksi mencapai 120 megawatt, atau lebih dari 40 persen sistem kelistrikan Sulutenggo (Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo).

“Pemanfaatan energi panas bumi di Tomohon telah mendorong kemajuan di berbagai sektor,” jelas Senduk.

Berbagai kemajuan, lanjut Senduk, bisa dilihat dari sektor agroindustri, melalui Pabrik Gula Aren Masarang yang memanfaatkan air limbah panas bumi (geothermal waste brine) untuk mendukung petani lokal dan ekonomi pedesaan.

Kemudian, pariwisata dengan objek seperti Danau Linow dan Pemandian Air Panas Lahendong yang menarik lebih dari 150.000 wisatawan setiap tahun.

“Untuk pemberdayaan masyarakat, dimana dana hasil bagi panas bumi lebih dari Rp69 miliar sejak tahun 2022 telah dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan program kesehatan,” ungkapnya.

Wali Kota menyampaikan harapan agar revitalisasi Pembangkit Listrik Siklus Biner Tondangow dapat terwujud melalui kolaborasi antara Direktorat Jenderal EBTKE, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), GIZ Jerman, serta masyarakat lokal.

Proyek ini diharapkan menjadi model pembangkit listrik mikro berbasis komunitas.

“Saya mengundang para mitra dari Kenya dan Jerman untuk bersama-sama merancang proyek percontohan pemanfaatan langsung energi panas bumi, seperti pusat pengeringan geothermal, desa hijau, dan taman edukasi, menuju visi bersama energi bersih, inklusif, dan berkelanjutan bagi semua,” pungkas Senduk.

Pembukaan kegiatan ditandai dengan pemukulan alat musik kolintang, sebagai simbol kolaborasi dan semangat harmoni antar negara peserta.

Acara tersebut turut dihadiri oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Republik Indonesia, perwakilan Pemerintah Jerman (GIZ), delegasi dari Kenya, para narasumber, serta undangan lainnya.

Diketahui, program SSTC GEO berada dibawah proyek Renewable Energy Mini-Grids in South-South Triangular Cooperation in Indonesia (ENTRI).

Kegiatan ini telah diselenggarakan sebelumnya di Bandung (November 2024) dan Kenya (Agustus 2025), dan kini memasuki tahap ketiga di Manado–Tomohon pada November 2025. (mhk)